Ied Mubarak 1444 H; Pelajaran dari Amtsilatul Quran

 

Kehidupan manusia dimulai dari beberapa fase, kelahirannya di dunia merupakan fase kedua setelah fase kehidupan di alam rahim atau kandungan. Berawal dari tiada kemudian Allah SWT menjadikan manusia ada di dunia dan akan berakhir pada ketiadaan kembali atau kematian. Setiap manusia yang dilahirkan adalah dalam keadaan fitrah sesuai kondisi awal penciptaan, yaitu manusia telah mengenal Allah sebagai sesembahan yang Esa. Masyarakat Arab Jahiliah pada zaman Rasulullah ketika ditanya "siapakah tuhanmu?", maka mereka menjawab, "Tuhanku adalah Allah", namun mereka kufur dengan menyembah Latta, Uzza, Manat dan Hubal.


Konsekuensi dari ketaatan kepada Allah adalah dengan mengikuti aturan-Nya. Dari hal yang terlihat sepele seperti makan dan minum tidak boleh berlebihan dan halal atau bukan dari jalan haram. Manusia hidup membutuhkan makan, namun manusia hidup tidak untuk makan. Hal ini yang membedakan antara manusia dengan makhluk lain. Salah satu makhluk Allah yang bernama lebah memberikan contoh cara makan yang benar yaitu mengkonsumsi dari sesuatu yang baik (halal) dan menghasilkan sesuatu yang baik pula.


Orang-orang yang beriman dipanggil oleh Allah untuk menunaikan kewajiban berpuasa Ramadhan selama satu bulan. Syariat ini telah berlangsung selama 14 abad dan tidak ada yang membantah tentang kebenaran berpuasa yang menjadikan tubuh semakin sehat dan bugar. Selama berpuasa kita menahan diri tidak makan, minum, berhubungan suami istri dan menahan hawa nafsu demi untuk menjadi hamba Allah yang muttaqin. Sampai tiba di hari Idul Fitri yang kita diharamkan untuk makan dan minum karena pada hari itu Allah sedang menjamu orang-orang yang beriman untuk menikmati makanan sebagai tanda syukur atas rahmat dan ampunan Allah SWT.


Ied Mubarak, kembali mengkonsumsi makan dan minum dalam keberkahan di bulan Syawal, disambut dengan gembira oleh seluruh kaum muslimin. Kegembiraan tersebut dikendalikan dengan syariat berpuasa 6 hari di bulan Syawal, agar tidak berlebihan dalam mengkonsumsi makanan. Tradisi saling memaafkan dan saling mengunjungi sangat baik untuk mempererat silaturahim juga tradisi mudik untuk sungkem kepada kedua orang tua sebagai wujud bakti seorang anak. Perbedaan penetapan 1 Syawal sudah menjadi hal biasa, panitia saling membantu menyediakan alas shalat dan petugas keamanan dan puncak perayaan tetap dilakukan pada hari kedua Idul Fitri, semua tampak indah diiringi lantunan suara takbir, tahmid dan tahlil di seluruh penjuru negeri. Salah satu makhluk Allah yang bernama semut memberikan pelajaran sebagai makhluk yang selalu hidup rukun, saling membantu dan memiliki jiwa sosial yang tinggi.


Bulan Ramadhan identik masjid dan mushalla penuh dengan aktivitas beribadah khususnya shalat tarawih. Hal ini patut disyukuri sebagai akibat ditutup pintu neraka dan dibuka lebar pintu surga agar orang-orang beriman dapat khusyu' beribadah. Agar tidak terjebak pada eforia tahunan maka perlu dipahami bahwa kebaikan di bulan Ramadhan harus dilanjutkan pada bulan-bulan berikutnya sebagai sikap istiqamah. Terus menerus dalam ketaatan kepada Allah untuk beribadah puasa sunnah, shalat berjamaah di masjid, shalat lail atau tahajud, membaca Al Quran, berinfaq dan sebagainya. Predikat muttaqin adalah orang yang selalu dalam keimanan dan ketaqwaan kepada Allah, diumpamakan seperti ulat yang telah bermetamorfosa menjadi kupu-kupu, masa menjadi antung (kepompong) adalah proses pembelajaran secara fisik dan psikis untuk menjadi lebih baik. Dengan izin Allah semoga kita selalu dapat beristiqamah dalam beribadah dan dipertemukan pada Ramadhan di tahun mendatang.

__

Ditulis Oleh Juni Muslimin, Ketua MGMP PAI SMPS Jombang

Senin, 24/04/2023

Komentar

Lebih baru Lebih lama